Sunday 18 December 2016

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN GOING PUBLIC ATAU INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) MENURUT AHLI

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENAWARAN UMUM SAHAM PERDANA (GOING PUBLIC) ATAU INITIAL PUBLIC OFFERING MENURUT AHLI

Untuk melakukan ekspansi, setiap perusahaan memerlukan dana yang sangat besar. Dana yang dibutuhkan dapat dipenuhi dari dalam perusahaan (retained earning) atau dari luar perusahaan seperti meminjam ke bank, menerbitkan obligasi, dan yang sedang tren saat ini yaitu dengan melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), yang bisa disebut juga dengan istilah go public.

Terdapat beberapa keuntungan yang didapat oleh karena perusahaan melakukan penawaran umum, yaitu (Jogiyanto,2009):
1.         Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang
Untuk perusahaan yang masih tertutup, calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan  antara pemilik dan investor. Sedang untuk perusahaan yang sudah going public, informasi keuangan harus dilaporkan ke publik secara reguler yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik.
Menurut hemat saya, keterbukaan sebuah informasi perusahaan dapat membuat investor percaya akan perusahaan tersebut sehingga investor dapat berinvestasi pada perussahaan terbuka. Hal ini merupakan salah satu alas an bagi investor akan keamanan dana yang dimilikinya.
2.         Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham
Untuk perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah going public.
Menurut hemat saya, sulitnya menjual saham perusahaan tertutup menjadi alasan bagi investor untuk lebih memilih berinvestasi di perusahaan terbuka karena investor dapat sewaktu – waktu membutuhkan dana likuid.
3.         Nilai pasar perussahaan diketahui
Untuk alasan – alasan tertentu, nilai pasar perusahaan perlu untuk diketahui. Misalnya jika perusahaan ingin memberikan insentif dalm bentuk opsi saham (stock option) kepada manajer – manajernya, maka nilai sebenarnya dari opsi tersebut perlu dikatahui. Jika perusahaan masih tertutup, nilai dari opsi sulit ditentukan.
Menurut hemat saya, naik turunnya harga saham di pasar dapat menetukan arah kebijakan suatu manajemen. Selain itu, harga saham juga merupakan sebuah cerminan baik buruknya sebuah manajemen perusahaan tersebut. Lebih jauh harga saham juga dapat mencerminkan bagus tidaknya sebuah perusahaan.

            Disamping keuntungan dari going public, beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut ini, (Jogiyanto,2009):
1.         Biaya laporan yang meningkat
Untuk perusahaan yang sudah going public, setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan – laporan kepada regulator. Laporan – laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil.
2.         Pengungkapan (disclosure)
Beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing. Sedang pemilik enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai.
Menurut saya, hal ini seperti buah simalakama. Perusahaan harus melakukan pengungkapan informasi kepada public sebagai pemilik perusahaan. Di sisi lain juga perusahaan harus merahasiakan strategi – strateginya dari pesaing. Jika pesaing mengetahui strategi perusahaan akibat dari pngungkapan informasi tersebut, tentu dapat mengancam keberlangsungan perusahaan iru sendiri.
3.         Ketakutan untuk diambil – alih
Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan going public. Manajer perusahaan publik dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer yang baru jika perusahaan diambil – alih.


Saturday 17 December 2016

SKALA PENGUKURAN PADA STATISTIK

SKALA PENGUKURAN PADA STATISTIK


Dalam beberbagai urusan dalam kehidupan tentu membutuhkan sebuah pengukuran. Pengukuran memungkinkan segala hal dapat dilakukan secara terhitung dan lebih efisien. Begitu juga dalam hal pekerjaan, terutama dalam bidang ekonomi dan keuangan. Pengukuran statistic sangatlah diperlukan. Di sisi lain, statistik juga tidak lepas dengan apa yang dinamakan skala.

 Skala pengukuran adalah cara mengukur suatu variabel. Ada 4 jenis skala pengukuran, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Ada pun penjelasannya sebagai berikut:

1.      Skala nominal
Skala nominal adalah ukuran yang paling sederhana, di mana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apa – apa. Pengukuran skala nominal umumnya untuk data atau objek yang hanya diklasifikasikan pada beberapa kategori. Setiap kategori dalam klasifikasi data tidak boleh tumpang tindih, atau setiap peristiwa bersifat lepas (mutually exlusive), suatu peristiwa tidak mempengaruhi peristiwa lainnya. Sebagai contoh untuk mengklasifikasikan jenis kelamin, pria = 1 dan wanita = 2. Angka tersebut bukanlah sebuah tingkatan. Angka tersebut memiliki arti sebuah tanda saja atau label. Bukan berarti 2 lebih tinggi dari 1 ataupun sebaliknya.

2.      Skala Ordinal
Skala Ordinal adalah angka yang diberikan di mana angka – angka tersebut mengandung pengertian tingkatan. Skala ordinal hanyalah memberikan nilai urutan atau ranking dan tidak menggambarkan nilai absolut.
Sebagai contoh pada tabel berikut ini yang menunjukkan Asset beberapa bank di Indonesia pada akhir tahun 2014 (Sumber Bursa Efek Indonesia 2014).

No.
Nama Bank
Asset ( dalam Jutaan Rupiah)
1
BNI
416.573.708
2
BCA
552.423.892
3
BRI
801.955.021
4
Mandiri
855.039.673

Pada tabel di atas dapat dilihat urutan asset beberapa bank di Indonesia dari yang terkecil sampai yang terbesar. Dapat dilihat bahawa asset bank BNI memiliki asset terkecil jika dibandingkan beberapa bank lainnya dan asset terbesar dimiliki oleh bank Mandiri. Itulah contoh skala ordinal.

3.      Skala Interval
Skala Interval adalah skala pemberian angka pada klasifikasi atau kategori dari objek yang mempunyai sifat ukuran ordinal, dan ditambah satu sifat lain yaitu jarak atau interval yang sama dan merupakan ciri dari objek yang diukur.
Sebagai contoh pada tabel di bawah ini. Klasifikasi saham dari yang prospektif sampai yang tidak prospektif dilengkapi dengan interval harga sahamnya. Klasifikasi prospektif mempunyai interval tertentu dan setiap klasifikasi mempunyai jarak tertentu sebagai ciri dari skala interval (Klasifikasi saham di BEJ 27 Juni 2007)

No.
Kriteria
Interval
Jarak
Jumlah
1
Sangat Prospektif
736 – 879
143
2
2
Prospektif
592 – 735
143
5
3
Cukup Prospektif
448 – 591
143
9
4
Kurang Prospektif
304 – 447
143
3
5
Tidak Prospektif
160 - 303
143
1

Jika dilihat di atas terlihat bahwa interval saham yang sangat prospektif memiliki harga berkisar Rp 736 – 879 per lembarnya dan memiliki jarak interval sebesar Rp 143.

4.  Skala Rasio
Skala Rasio adalah skala yang mencakup semua skala yaitu nominal, ordinal, dan interval di samping memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Angka pada skala rasio menujukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Sebagai contoh pada tahun 2007 saham Bank BCA harganya Rp 5.350 dan harga saham Bank BNI Rp 2.450 per lembar saham. Jika saham Bank BCA dibandingkan dengan saham Bank BNI sebesar 2,18 kali. Jadi rasio harga saham BCA 2,18 kali Bank BNI.


Suharyadi & Purwanto. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat

Friday 16 December 2016

PENGERTIAN UNIT IPO DAN ALASAN PERUSAHAAN MENERBITKANNYA

ALASAN INITIAL PUBLIC OFFERING DISERTAI WARAN ATAU PRODUK DERIVATIF (UNIT IPO)

IPO biasanya dilakukan hanya untuk menerbitkan saham biasa. Namun, seiring berkembangnya instrumen dalam berinvestasi, IPO juga dilakukan dengan tidak hanya menwarkan saham biasa, tetapi juga merupakan sebuah kombinasi antara saham biasa dengan waran atau yang dikenal dengan unit IPO. Apa itu waran?????? Waran merupakan suatu opsi untuk membeli saham pada harga tertentu dan waktu tertentu. Dengan demikian, pemilik waran tersebut memiliki hak untuk membeli saham pada harga pelaksanaan (exercise price) pada waktu tertentu walaupun harga pasar lebih tinggi dari harga pelaksanaan. Dalam unit IPO, waran juga dapat dibagikan secara gratis dan melekat pada saham pada saat perusahaan melakukan penawaran saham perdana sehingga para pelaku pasar berpendapat bahwa waran yang terdapat dalam sebuah unit IPO merupakan pemanis (sweeteners) karena waran juga memiliki nilai dan dapat diperjual-belikan (Okezone.com, 2009). Karena bersifat sebagai pemanis, maka waran dapat berguna untuk mendorong permintaan pada saat IPO.

Menurut Chemmanur dan Fulghieri (1997) dalam penelitiannya, perusahaan - perusahaan yang melakukan penawaran unit IPO adalah perusahaan - perusahaan yang memiliki risiko yang tinggi. Beberapa perusahaan yang masuk dalam kategori berisiko tinggi di antaranya perusahaan – perusahaan yang begerak di bidang bioteknologi, softwer computer, dan kesehatan. Menurut Chemmanur dan Fulghieri (1997) perusahaan - perusahaan yang biasanya melakukan penawaran unit IPO juga merupakan perusahaan - perusahaan yang berusia muda, berukuran kecil, dan juga dipasarkan oleh underwriter yang tidak mempunyai reputasi. Jika dilihat dari data tersebut, tentu perusahaan yang menerbitkan unit IPO ini tergolong perusahaan yang kurang menarik karena tentu perusahaan ini bukanlah perusahaan yang besar dan terkenal. Di sisi lain, perusahaan ini juga belum stabil. Wajar saja saham yang diterbitkan oleh perusahaan ini bisa saja tidak laku di pasar. namun agar sahamnya laku, perusahaan unit IPO juga memaketkan dengan waran sehingga terlihat lebih menggoda jika investor ingin membelinya. How dan Howe (2001) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa Australian firms with unit IPO (perusahaan Australia yang menerbitkan unit IPO) secara signifikan lebih muda, lebih kecil, lebih berisiko, dan memiliki kepemilikan internal lebih sedikit jika dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan Australia yang menerbitkan share-only IPO (IPO tanpa waran).

Monday 12 December 2016

FAKTOR - FAKTOR KINERJA JANGKA PANJANG INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) UNDERPERFORMED


MENGAPA KINERJA JANGKA PANJANG INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) MENGALAMI UNDERPERFORMED


Fenomena yang di alami oleh perusahaan yang beru saja melakukan Initial Public Offering (IPO) biasanya mengalami permintaan yang tinggi terhadap sahamnya. Namun, lama – kelamaan cenderung melemah permintaannya sehinggan menyebabkan turunnya harga saham perusahaan tersebut dalam jangka panjang. Hal ini menyebabkan return saham tersebut menjadi menurun juga. Jika dibandingkan dengan return pasar, saham ini memiliki return lebih kecil dibandingkan dengan return pasar. itulah yang disebut dengan underperformed.  Menurut  Abid  dan Muharam  (2013) Underperformance adalah suatu return pada saham penawaran umum perdana mempunyai kinerja yang lebih rendah dibandingkan dengan pasar.

Menurut para ahli, ada beberapa alasan yang menyebabkan kinerja jangka panjang IPO mengalami underperformed. Ritter (1991) berpendapat bahwa terjadinya underperformed pada kinerja jangka panjang IPO disebabkan investor terlalu optimis terhadap saham IPO sehingga menyebabkan harga saham akan naik. Lama - kelamaan harga saham pun akan mengoreksi kesalahannya sehingga terjadilah underperformed. Ritter juga berpendapat bahwa kemungkinan yang dapat mengungkap mengapa kinerja jangka panjang saham – saham setelah IPO rendah. Pertama disebabkan investor salah mengveluasi risiko, yang kedua adalah investor terlalu optimis (over-optimistic), dan yang ketiga adalah investor sedang bernasib buruk (bad luck).

Underperformed pada kinerja jangka panjang IPO disebabkan oleh perbedaan opini dari para investornya, yaitu dengan adanya perbedaan opiniantara investor pesimis dan optimis. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan opini dari kondisi ketidakpastian akan nilai dari perusahaan IPO. Semakin lama, informasi tentang perusahaan IPO pun semakin bertambah dan perbedaan pendapat pun semakin berkurang sehingga harga saham akan menyesuaikan pada informasi tersebut dan perlahan akan turun. Semakin tinggi perbedaan opini dan ketidakpastian, maka akan semakin lama pula terjadinya penyesuaian harga yang akan mengakibatkan underperformed. pendapat perbedaan opini ini dikemukakan oleh Miller (1977).


Fama (1998) bependapat bahwa perusahaan akan melaksanakan IPO yaitu ketika perusahaan tersebut memiliki tingkat pertumbuhan laba yang tinggi sehingga menyebabkan investor melakukan penilaian overoptimistic, dan over reaction positif. Di sisi lain, pertumbuhan laba yang tinggi pada saat sebelum IPO tidak dapat dipertahankan dalam periode pasca-IPO sehingga dalam jangka panjang kinerjanya dinilai menurun.

Thursday 28 May 2015

CARA MENGHITUNG NILAI TAMBAH PASAR (MVA) DAN NILAI TAMBAH EKONOMI (EVA)



CARA MENGHITUNG NILAI TAMBAH PASAR (MVA) DAN NILAI TAMBAH EKONOMI (EVA)

Hampir semua perusahaan ingin memaksimalkan nilai perusahaannya. Untuk memaksimalkan nilai perusahaan, setiap manajer dituntut untuk memaksimalkan nilai sahamnya. Terdapat banyak cara dalam mengukur kinerja perusahaan. Dalam hal ini, kita dapat menggunakan 2 metode dalam mengukur kinerja perusahaan, yaitu dengan cara menggunakan nilai tambah pasar (market value added-MVA) dan Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added-EVA).
1.      Nilai Tambah Pasar (MVA)
Nilai Tambah Pasar (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah berikan. Sasaran utama dari kebanyakan perusahaan adalah dengan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Dengan meningkatkan kinerjanya, diharapkan kekayaan pemegang saham pun akan meningkat. Ada pun rumus menghitung Nilai Tambah Pasar dalah sebagai berikut:

MVA   = Nilai Pasar dari Saham – Ekuitas yang diberikan oleh pemegang saham
            = (Saham Beredar)(Harga Saham) – Total Ekuitas Biasa

Sebagai contoh PT. ABC pada tahun 2002 total nilai ekuitas pasarnya adalah $ 1.150 Juta, sedangkan neraca menunjukkan bahwa pemegang saham telah menyetorkan $896 Juta. Jadi, MVA PT. ABC adalah $ 1.150 - $ 896 = $ 254 Juta. Semakin besar MVA akan semakin baik bagi perusahaan.
2.      Nilai Tambah Ekonomi (EVA)
Nilai Tambah Ekonomi (EVA) adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham suatu tahun tertentu. Nilai EVA memfokuskan pada keefektifan manajerial dalam suatu tahun tertentu. Ada pun rumusnya adalah:

EVA    = NOPAT – Biaya modal operasi setelah pajak dalam dolar
            = EBIT ( 1-T ) – [(Total modal operasi yang diberikan oleh investor) x (persentase biaya modal setelah pajak)

Contoh Perhitungan EVA pada PT. ABC (dalam jutaan Dolar)
EBIT                                                                                       $283,8
1           - Tarif Pajak                                                                     x 60%
NOPAT = EBIT (1-T)                                                            $170,3                                    
Total modal operasi yang diberikan oleh investor                     $1.800,0
Biaya modal setelah pajak                                                        x 10%
Biaya modal dalam dolar                                                         $ 180,0
EVA = NOPAT – Biaya modal dalam dolar                               ($9,7)                                      

F. Brigham, Eugene dan F. Houston, Joel. 2009. Fundamentals of Financial Management; Dasar –dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Saturday 23 May 2015

CARA MENGHITUNG WACC


CARA MENGHITUNG WACC

Setiap perusahaan tentu membutuhkan dana untuk membiayai proyek – proyek investasinya. Perlu diketahui bahwa pendanaan investasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan dana internal perusahaan atau dapat didanai oleh dana eksternal perusahaan. Jika perusahaan mendanai investasinya melalui dana internal perusahaan, maka perusahaan dapat mendanai proyek investasinya melalui laba ditahan (retained earning) yang dimilikinya. Jika dari dana eksternal, maka perusahaan dapat mendanainya melalui penerbitan saham baru, penerbitan obligasi, meminjam kepada bank, dan lain – lain.
Terdapat kemungkinan untuk mendanai perusahaan sepenuhnya dengan saham biasa. Dalam situasi seperti ini, biaya modal yang digunakan untuk menganalisis keputusan penganggaran modal seharusnya adalah tingkat pengembalian atas ekuitas yang diminta. Namun, sebagian besar perusahaan mendapatkan bagian yang yang substantial dari modal melalui utang, dan banyak juga yang menggunakan saham preferen. Untuk setiap perusahaan, biaya modal harus mencerminkan biaya rata – rata dari bermacam – macam sumber dana yang digunakan, tidak hanya biaya ekuitas saja.
Dalam hal ini, untuk mengetahui biaya modal, maka kita perlu menghitung besarnya WACC (weighted average cost of capital), yaitu rata – rata tertimbangbiaya modal. Untuk menghitung WACC, maka kita perlu memahami beberapa item yang terdapat di sebelah kanan neraca, yaitu berbagai jenis pinjaman, saham preferen, dan saham biasa. Dalam hal ini, kita juga harus memahami yang disebut dengan komponen modal. Ada pun pengertian dari komponen modal adalah salah satu dari berbagai jenis modal yang digunakan oleh perusahaan untuk menghimpun dana.
Biaya masing – masing komponen disebut biaya komponen dari jenis modal tersebut. Dalam pembahasan kali ini, kita akan berkonsentrasi pada tiga komponen utama, yaitu utang, saham preferen, dan ekuitas biasa.
Kd= tingkat suku bunga dari utang perusahaan yang baru = komponen biaya utang sebelum pajak
Kd(1-T) = komponen biaya utang setelah pajak, di mana T adalah tarif pajak marginal perusahaan.
Kp = biaya komponen saham preferen
Ks= biaya komponen ekuitas biasa.
Contoh: PT. ABC memiliki sasaran struktur permodalan yang terdiri atas 45% utang, 2% saham preferen, dan 53% ekuitas biasa (saldo laba ditahan plus saham biasa). Biaya utang sebelum pajak Kd adalah 10%, biaya utang setelah pajak = Kd(1-T) = 10%(0,6) = 6%, biaya saham preferen, Kp = 10,3%, dan biaya ekuitas biasa adalah Ks = 13,4%. Tarif pajak marginal adalah 40%, dan seluruh ekuitas barunya akan berasal dari saldo laba ditahan. Maka kita dapat menghitung rata – rata tertimbang baiaya modal atau WACC sebagai berikut:

            = 0,45(10%)(0,6) + 0,02(10,3%) + 0,53(13,4%)
            = 10,0%
Dengan demikian, rata – rata tertimbang biaya modal pada PT. ABC adalah 10%.
Perlu diketahui bahwa perusahaan menargetkan struktur modal yang tentu nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

F. Brigham, Eugene dan F. Houston, Joel. 2009. Fundamentals of Financial Management; Dasar –dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

RANGKUMAN PROFESI DALAM AKUNTANSI

RANGKUMAN PROFESI DALAM AKUNTANSI Akuntansi tidak hanya sebagai hitung – hitungan saja. Akuntansi selalu menyesuaikan berdasarkan bidan...