Wednesday 29 April 2015




KARAKTERISTIK MASING – MASING JENIS REKSA DANA

Sebelum melakukan investasi di reksa dana, investor disarankan untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis reksa dana dan apa perbedaannya. Beberapa jenis reksa dana tentunya memiliki tingkat return dan risiko yang berbeda – beda. Semakin tinggi risikonya juga akan semakin tinggi returnnya, hal inilah yang memang menjadi pertimbangan dalam berinvestasi reksa dana. Selain itu, investor tentunya harus mencocokan antar reksa dana jenis apa yang akan dipertimbangkan sebagai alat investasinya dan keuangan yang mereka miliki.
Untuk investor yang bersifat yang suka mengambil risiko, reksa dana saham cocok untuk dijadikan sebagai investasinya karena reksa dana ini memiliki risiko yang tinggi dengan tingkat return yang juga tinggi. Karena walaupun harga saham sedang turun, investor tidak akan panic menghadapinya dan menunggu saham sahamnya naik kembali.
Selain itu, ada  beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat likuiditasnya. Berdasarkan tujuan investasinya, investor seharusnya mempertimbangkan likuiditas dari reksa dana ersebut karena jika investor membutuhkan dana, reksadana yang memiliki likuiditas tinggi akan mudah untuk dicairkan.
Untuk lebih memahami dan mengetahui karakteristik dan masing – masing reksa dana, berikut adalah tabelnya

TABEL KARAKTERISTIK MASING – MASING JENIS REKSA DANA
Karakteristik
Reksa Dana ETF
Reksa Dana Terstruktur
Reksa Dana Terbuka Konvensional
Pencatatan dan Transaksi Perdagangan
Dicatat dan diperdagangkan di bursa efek
Tidak dicatat dan diperdagangkan di bursa efek
Tidak dicatat dan diperdagangkan di bursa efek
PenentuanHarga Unit Pembayaran
Ditentukan kekuatan permintaan dan penawaran
Ditentukan kinerja indeks yang menjadi acuan
Ditentukan naik turunnya NAB reksadana
Pengumuman Harga
Perubahan Harga dapat terjadi setiap saat
Perubahan harga diumumkan hanya satu kali berdasarkan penutupan indeks
Perubahan harga diumumkan hanya satu kali berdasarkan harga penutupan masing – masing efek yang menjadi underlying asset reksa dana
Bentuk Pengelolaan Portofolio Aset
Bentukpengelolaan relative pasif, hanya mengikuti performaindeks yang menjadi acuan
Bentuk pengelolaan relative pasif, hanya mengikuti performa indeks yang menjadi acuan
Bentuk pengelolaan aktif
Biaya
Biaya pengelolaan dan lain – lain relative rendah
Biaya keseluruhan paling rendah di antara seluruh jenis rendah
Biaya keseluruhan relative tinggi dibandingkan dengan reksa dana ETF dan reksa dana indeks
Komisi Broker
Biaya komisi broker relative rendah
Biaya komisi broker tidak ada
Biaya komisi broker relative tinggi kecuali untuk reksa dana pasar uang juga tidak dikenakan
Jaminan Likuiditas
Jaminan likuiditas kurang karena penekanan didasarkan pada kekuatan pasar
Likuiditas dijamin karena adanya kewajiban manajer investasi wajib membeli setiap saat apabila redemption
Likuiditas dijamin kecuali reksa dana proteksi, redemption hanya pada tanggal jatuh tempo
Leverage
Tinggi karena dimungkinkan melakukan pembeliandengan margin
Rendah karena tidak dapat dilakukan pembelian dengan margin
Rendah karena tidak dapat dilakukan pembelian dengan margin
Market Maker
Tersedia market maker untuk membantu transaksi agar menjadi likuid
Tidak ada market maker untuk membantu transaksi menjadi likuid
Tidak ada market maker untuk membantu manjadi likuid
Efek Derivatif
Dalam underlying portofolio reksa dana dimungkinkan jenis derifatif option, future, dll
Tidak diperkenankan efek derivatif dalam underlying portofolio reksadana
Tidak diperkenankan efek derifatif dalam underlying portofolio reksa dana

Simatupang, Mangsa. 2010. Investasi Saham dan Reksa Dana. Jakarta: Mitra Wacana Media

Saturday 25 April 2015

MEMAHAMI BUDAYA DAN EFEKNYA TERHADAP ORGANISASI DALAM BISNIS INTERNASIONAL



MEMAHAMI BUDAYA DAN EFEKNYA TERHADAP ORGANISASI DALAM BISNIS INTERNASIONAL

Seberapa besar pun MNC yang beroperasi di suatu Negara, tentunya MNC tersebut seharusnya tidak mengabaikan keberadaan budaya setempat serta dampaknya terhadap lingkungan bisnis internasional. Jika MNCs mengabaikan budaya di Negara – Negara tempatnya beroperasi, maka cepat atau lambat MNC tersebut tidak akan bertahan lama dan tentunya dapat merugikan MNCs itu sendiri. Banyak riset (Deresky, 2006: p.82) menunjukkan bahwa banyak “kegagalan yang tidak perlu” (blunder) terjadi karena sebab – sebab kurangnya sensitivitas budaya (cultural sensitivity).
Ada pun yang dimaksud dengan sensitivitas budaya atau lebih dikenal dengan empati budaya (cultural empathy) adalah suatu kesadaran serta perhatian tulus atas budaya lain. Sensitifitas semacam itu membutuhkan suatu kemampuan untuk memahami perspektif dan sudut pandang orang lain yang hidup dalam system masyarakat yang juga berbeda.
Menurut Hofstede (1980), budaya (culture) dari suatu masyarakat (society) adalah sejumlah kesamaan (shared) pada nilai – nilai (values) yang melandasi perilaku bersama, asumsi – asumsi (assumptions) akan sebab – akibat, serta tujuan – tujuan (goals) bisnis yang dipelajari dari generasi sebelumnya, diterapkan oleh generasi sekarang, serta diturun – temurunkan kepadagenerasi berikutnya. Cara pandang yang sama ini menyebabkan adanya kesamaan dalam sikap – sikap, aturan – aturan pelaksanaan, serta ekspektasi yang secara tidak sadar (subconsciously) mengarahkan dan mengendalikan norma – norma perilaku.
Para manajer bisnis internasional yang ditempatkan pada anak perusahaan di Negara lain perlu mengetahui bahwa mereka akan berhadapan dengan perbedaan – perbedaan perilaku, baik yang kecil maupun yang besar, di antara individu dan kelompok di dalam organisasinya.
Deresky (2006: p.84) memetakan 4 variabel yang mempengaruhi perilaku kerja individu dan kelompok karyawan suatu organisasi:
1.      Sikap (attitudes)
a.       Pemaknaan terhadap kerja
b.      Penghargaan terhadap waktu
c.       Cara pandang materialisme
d.      Kebebasan individual yang dihargai
e.       Sikap terhadap perubahan
2.      Variabel Budaya (cultural variables)
a.       Nilai – nilai
b.      Norma – norma
c.       Keyakinan
3.      Variabel Nasional (national variables)
a.       Sistem ekonomi
b.      Sistem hukum
c.       Sistem politik
d.      Sutuasi fisik
e.       Kemampuan teknologi
4.      Variabel sosiobudaya
a.       Peran agama dankekuatan keyakinan
b.      Tingkat dan penghargaan terhadap pendidikan
c.       Tingkat penguasaan tata bahasa

Efek budaya pada fungsi – fungsi manajemen akan sangat terlihat ketika suatu pihak akan menerapkan nilai dan sistemnya sendiri kepada masyarakat lain, bahkan dalam suatu organisasinya. Perbedaan hingga pertentangan dapat timbul dari interaksi yang tidak dilandasi oleh pendekatan untuk saling memahami yang sering muncul dari sikap menilai masyarakat dari sudut pandangs endiri. Jika ini terjadi, maka hal ini dapat merugikan suatu organisasi itu sendiri. Pada akhirnya dapat memecah belah organisasi itu sendiri.
Cara mengukur serta menilai masyarakat lain yang secara tidak sadar menggunakan titik acu dari budaya sendiri disebut dengan criteria referen sidiri (self-reference criterion).

Langkah pertama bagi para manajer bisnis internasional untuk memahami budaya masyarakat lain adalah dengan pertama – tama memahami budaya sendiri. Setelah memahami budaya sendiri, maka langkah berikutnya bagi para manajer untuk membangun hubungan lintas budaya (Cross-cultural) secara efektif adalah mengembangkan sensitivitas budaya. Pada tahap kedua ini, para manajer tidak hanya memahami variable budaya berikute feknya pada perilaku kerja, tetapi perlu menghargai (appreciate) keragaman budaya (cultural diversity) serta sadar untuk mampu membangun hubungan kerja yang bina bangun (constructive relationship) di mana pun ditugaskan.

Waspodo, A. AWS. & Handaru, A. W. 2012. Bisnis Internasional. Sebuah pendekatan kultural. Jakarta: Mitra Wacana Media

RANGKUMAN PROFESI DALAM AKUNTANSI

RANGKUMAN PROFESI DALAM AKUNTANSI Akuntansi tidak hanya sebagai hitung – hitungan saja. Akuntansi selalu menyesuaikan berdasarkan bidan...