Thursday 28 May 2015

CARA MENGHITUNG NILAI TAMBAH PASAR (MVA) DAN NILAI TAMBAH EKONOMI (EVA)



CARA MENGHITUNG NILAI TAMBAH PASAR (MVA) DAN NILAI TAMBAH EKONOMI (EVA)

Hampir semua perusahaan ingin memaksimalkan nilai perusahaannya. Untuk memaksimalkan nilai perusahaan, setiap manajer dituntut untuk memaksimalkan nilai sahamnya. Terdapat banyak cara dalam mengukur kinerja perusahaan. Dalam hal ini, kita dapat menggunakan 2 metode dalam mengukur kinerja perusahaan, yaitu dengan cara menggunakan nilai tambah pasar (market value added-MVA) dan Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added-EVA).
1.      Nilai Tambah Pasar (MVA)
Nilai Tambah Pasar (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah berikan. Sasaran utama dari kebanyakan perusahaan adalah dengan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Dengan meningkatkan kinerjanya, diharapkan kekayaan pemegang saham pun akan meningkat. Ada pun rumus menghitung Nilai Tambah Pasar dalah sebagai berikut:

MVA   = Nilai Pasar dari Saham – Ekuitas yang diberikan oleh pemegang saham
            = (Saham Beredar)(Harga Saham) – Total Ekuitas Biasa

Sebagai contoh PT. ABC pada tahun 2002 total nilai ekuitas pasarnya adalah $ 1.150 Juta, sedangkan neraca menunjukkan bahwa pemegang saham telah menyetorkan $896 Juta. Jadi, MVA PT. ABC adalah $ 1.150 - $ 896 = $ 254 Juta. Semakin besar MVA akan semakin baik bagi perusahaan.
2.      Nilai Tambah Ekonomi (EVA)
Nilai Tambah Ekonomi (EVA) adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham suatu tahun tertentu. Nilai EVA memfokuskan pada keefektifan manajerial dalam suatu tahun tertentu. Ada pun rumusnya adalah:

EVA    = NOPAT – Biaya modal operasi setelah pajak dalam dolar
            = EBIT ( 1-T ) – [(Total modal operasi yang diberikan oleh investor) x (persentase biaya modal setelah pajak)

Contoh Perhitungan EVA pada PT. ABC (dalam jutaan Dolar)
EBIT                                                                                       $283,8
1           - Tarif Pajak                                                                     x 60%
NOPAT = EBIT (1-T)                                                            $170,3                                    
Total modal operasi yang diberikan oleh investor                     $1.800,0
Biaya modal setelah pajak                                                        x 10%
Biaya modal dalam dolar                                                         $ 180,0
EVA = NOPAT – Biaya modal dalam dolar                               ($9,7)                                      

F. Brigham, Eugene dan F. Houston, Joel. 2009. Fundamentals of Financial Management; Dasar –dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Saturday 23 May 2015

CARA MENGHITUNG WACC


CARA MENGHITUNG WACC

Setiap perusahaan tentu membutuhkan dana untuk membiayai proyek – proyek investasinya. Perlu diketahui bahwa pendanaan investasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan dana internal perusahaan atau dapat didanai oleh dana eksternal perusahaan. Jika perusahaan mendanai investasinya melalui dana internal perusahaan, maka perusahaan dapat mendanai proyek investasinya melalui laba ditahan (retained earning) yang dimilikinya. Jika dari dana eksternal, maka perusahaan dapat mendanainya melalui penerbitan saham baru, penerbitan obligasi, meminjam kepada bank, dan lain – lain.
Terdapat kemungkinan untuk mendanai perusahaan sepenuhnya dengan saham biasa. Dalam situasi seperti ini, biaya modal yang digunakan untuk menganalisis keputusan penganggaran modal seharusnya adalah tingkat pengembalian atas ekuitas yang diminta. Namun, sebagian besar perusahaan mendapatkan bagian yang yang substantial dari modal melalui utang, dan banyak juga yang menggunakan saham preferen. Untuk setiap perusahaan, biaya modal harus mencerminkan biaya rata – rata dari bermacam – macam sumber dana yang digunakan, tidak hanya biaya ekuitas saja.
Dalam hal ini, untuk mengetahui biaya modal, maka kita perlu menghitung besarnya WACC (weighted average cost of capital), yaitu rata – rata tertimbangbiaya modal. Untuk menghitung WACC, maka kita perlu memahami beberapa item yang terdapat di sebelah kanan neraca, yaitu berbagai jenis pinjaman, saham preferen, dan saham biasa. Dalam hal ini, kita juga harus memahami yang disebut dengan komponen modal. Ada pun pengertian dari komponen modal adalah salah satu dari berbagai jenis modal yang digunakan oleh perusahaan untuk menghimpun dana.
Biaya masing – masing komponen disebut biaya komponen dari jenis modal tersebut. Dalam pembahasan kali ini, kita akan berkonsentrasi pada tiga komponen utama, yaitu utang, saham preferen, dan ekuitas biasa.
Kd= tingkat suku bunga dari utang perusahaan yang baru = komponen biaya utang sebelum pajak
Kd(1-T) = komponen biaya utang setelah pajak, di mana T adalah tarif pajak marginal perusahaan.
Kp = biaya komponen saham preferen
Ks= biaya komponen ekuitas biasa.
Contoh: PT. ABC memiliki sasaran struktur permodalan yang terdiri atas 45% utang, 2% saham preferen, dan 53% ekuitas biasa (saldo laba ditahan plus saham biasa). Biaya utang sebelum pajak Kd adalah 10%, biaya utang setelah pajak = Kd(1-T) = 10%(0,6) = 6%, biaya saham preferen, Kp = 10,3%, dan biaya ekuitas biasa adalah Ks = 13,4%. Tarif pajak marginal adalah 40%, dan seluruh ekuitas barunya akan berasal dari saldo laba ditahan. Maka kita dapat menghitung rata – rata tertimbang baiaya modal atau WACC sebagai berikut:

            = 0,45(10%)(0,6) + 0,02(10,3%) + 0,53(13,4%)
            = 10,0%
Dengan demikian, rata – rata tertimbang biaya modal pada PT. ABC adalah 10%.
Perlu diketahui bahwa perusahaan menargetkan struktur modal yang tentu nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

F. Brigham, Eugene dan F. Houston, Joel. 2009. Fundamentals of Financial Management; Dasar –dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Sunday 17 May 2015

ENAM ISTILAH PENTING TERKAIT INVESTASI SAHAM



ENAM ISTILAH PENTING TERKAIT INVESTASI SAHAM

Dalam hal berinvestasi saham, terkadang ada beberapa istilah baru yang kita dapati. Istilah – istilah ini cukup asing kedengarannya karena memang belum pernah diketahui sebelumnya. Untuk menunjang aktivitas berinvestasi di pasar modal, para investor harus memahami istilah – istilah terkait dengan investasi saham. Ada pun beberapa istilah – istilah tersebut meliputi:
1.      Agio Saham
Agio saham adalah selisih antara harga saham perusahaan pada saat Initial Public Offering (IPO) atau saham perdana dengan nilai nominal. Biasanya nilai nominal lebih kecil pada saat penawaran perdana. Contoh: nilai nominal saham Rp100 per lembar saham dengan jumlah saham yang dijual sebanyak 20 Juta dan dijual di pasar perdana sebesar Rp200 per lembar.
20.000.000 x Rp 200 = Rp 2.000.000.000
20.000.000 x Rp 100 = (Rp 1.000.000.000)
Agio saham                   Rp 1.000.000.000

2.      Outstanding Share
Outstanding Share adalah saham perusahaan go-public yang beredar di masyarakat atau saham yang dimiliki para investor publik.
3.      Authorized Share
Authorized Share adalah jumlah saham maksimal yang boleh diterbitkan perusahaan berdasarkan akta atau anggaran dasar perusahaan, serta sesuai dengan undang – undang perseroan terbatas.
4.      Treasury Stock
Treasury Stock adalah saham perusahaan go public yang pada awalnya sudah ditawarkan dan dimiliki investor public namun dalam perjalanan waktu dibeli kembali oleh perusahaan yang bersangkutan untuk berbagai tujuan.
5.      Bid Price
Bid price adalah harga saham yang ditawarkan oleh seorang investor public ketika akan melakukan pembelian. Investor yang mengajukan bid price lebih tinggi akan diprioritaskan dalam system perdagangan saham di Bursa Efek. Jika diperhatikan, maka sisi bid price adalah harga saham pada sisi pembeli.
6.      Ask price
Ask price adalah harga yang ditawarkan investor untuk dijual. Ask price yang terendah akan diprioritaskan dalam system perdagangan saham di Bursa Efek.

Simatupang, Mangsa. 2010. Investasi Saham dan Reksa Dana. Jakarta: Mitra Wacana Media



Wednesday 29 April 2015




KARAKTERISTIK MASING – MASING JENIS REKSA DANA

Sebelum melakukan investasi di reksa dana, investor disarankan untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis reksa dana dan apa perbedaannya. Beberapa jenis reksa dana tentunya memiliki tingkat return dan risiko yang berbeda – beda. Semakin tinggi risikonya juga akan semakin tinggi returnnya, hal inilah yang memang menjadi pertimbangan dalam berinvestasi reksa dana. Selain itu, investor tentunya harus mencocokan antar reksa dana jenis apa yang akan dipertimbangkan sebagai alat investasinya dan keuangan yang mereka miliki.
Untuk investor yang bersifat yang suka mengambil risiko, reksa dana saham cocok untuk dijadikan sebagai investasinya karena reksa dana ini memiliki risiko yang tinggi dengan tingkat return yang juga tinggi. Karena walaupun harga saham sedang turun, investor tidak akan panic menghadapinya dan menunggu saham sahamnya naik kembali.
Selain itu, ada  beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat likuiditasnya. Berdasarkan tujuan investasinya, investor seharusnya mempertimbangkan likuiditas dari reksa dana ersebut karena jika investor membutuhkan dana, reksadana yang memiliki likuiditas tinggi akan mudah untuk dicairkan.
Untuk lebih memahami dan mengetahui karakteristik dan masing – masing reksa dana, berikut adalah tabelnya

TABEL KARAKTERISTIK MASING – MASING JENIS REKSA DANA
Karakteristik
Reksa Dana ETF
Reksa Dana Terstruktur
Reksa Dana Terbuka Konvensional
Pencatatan dan Transaksi Perdagangan
Dicatat dan diperdagangkan di bursa efek
Tidak dicatat dan diperdagangkan di bursa efek
Tidak dicatat dan diperdagangkan di bursa efek
PenentuanHarga Unit Pembayaran
Ditentukan kekuatan permintaan dan penawaran
Ditentukan kinerja indeks yang menjadi acuan
Ditentukan naik turunnya NAB reksadana
Pengumuman Harga
Perubahan Harga dapat terjadi setiap saat
Perubahan harga diumumkan hanya satu kali berdasarkan penutupan indeks
Perubahan harga diumumkan hanya satu kali berdasarkan harga penutupan masing – masing efek yang menjadi underlying asset reksa dana
Bentuk Pengelolaan Portofolio Aset
Bentukpengelolaan relative pasif, hanya mengikuti performaindeks yang menjadi acuan
Bentuk pengelolaan relative pasif, hanya mengikuti performa indeks yang menjadi acuan
Bentuk pengelolaan aktif
Biaya
Biaya pengelolaan dan lain – lain relative rendah
Biaya keseluruhan paling rendah di antara seluruh jenis rendah
Biaya keseluruhan relative tinggi dibandingkan dengan reksa dana ETF dan reksa dana indeks
Komisi Broker
Biaya komisi broker relative rendah
Biaya komisi broker tidak ada
Biaya komisi broker relative tinggi kecuali untuk reksa dana pasar uang juga tidak dikenakan
Jaminan Likuiditas
Jaminan likuiditas kurang karena penekanan didasarkan pada kekuatan pasar
Likuiditas dijamin karena adanya kewajiban manajer investasi wajib membeli setiap saat apabila redemption
Likuiditas dijamin kecuali reksa dana proteksi, redemption hanya pada tanggal jatuh tempo
Leverage
Tinggi karena dimungkinkan melakukan pembeliandengan margin
Rendah karena tidak dapat dilakukan pembelian dengan margin
Rendah karena tidak dapat dilakukan pembelian dengan margin
Market Maker
Tersedia market maker untuk membantu transaksi agar menjadi likuid
Tidak ada market maker untuk membantu transaksi menjadi likuid
Tidak ada market maker untuk membantu manjadi likuid
Efek Derivatif
Dalam underlying portofolio reksa dana dimungkinkan jenis derifatif option, future, dll
Tidak diperkenankan efek derivatif dalam underlying portofolio reksadana
Tidak diperkenankan efek derifatif dalam underlying portofolio reksa dana

Simatupang, Mangsa. 2010. Investasi Saham dan Reksa Dana. Jakarta: Mitra Wacana Media

RANGKUMAN PROFESI DALAM AKUNTANSI

RANGKUMAN PROFESI DALAM AKUNTANSI Akuntansi tidak hanya sebagai hitung – hitungan saja. Akuntansi selalu menyesuaikan berdasarkan bidan...