Friday 27 March 2015

RISIKO INVESTASI SAHAM



RISIKO INVESTASI SAHAM

Selain keuntungan yang dapat diperoleh dari investasi saham seperti dividend an capital gain, investasi saham juga memiliki risiko. Dalam berinvestasi saham tentunya ada hubungan yang positif dan kuat antara tingkat keuntungan (return) yang diharapkan dan tingkat risiko (risk). Semakin tinggi potensi keuntungan juga diikuti dengan semakin tingginya tingkat risiko dan sebaliknya (High Risk – High Return dan Low Risk – Low Return). Menurut Frank J. Fabozzi dalam bukunya Manajemen Investasi, terdapat dua jenis risiko dalam investasi saham yaitu risio sistimatik dan risiko non-sistimatik.
1.      Risiko Sisrimatik
Risiko sistimatik sering disebut juga sebagai risiko pasar. Hal ini karena risiko ini mengacu pada risiko pasar. Risiko pasar dipengaruhi oleh inflasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga, dan kondisi politik. Risiko sistimatik ini mempengaruhi perusahaan – perusahaan secara keseluruhan. Beberapa karakteristik dalam risiko sistematik di antaranya:
a.       Risiko sistimatik mempengaruhi semua efek
b.      Risiko sistimatik tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi
c.       Risiko sistimatik tidak bisa dikurangi atau dikontrol
Sebagai contoh risiko sistimatik adalah naiknya inflasi dapat mendorong naiknya tingkat suku bunga. Dalam kondisi seperti ini, secara teoritis harga – harga saham di bursa mengalami penurunan karena banyak investor yang mengalihkan investasi ke dalam produk perbankan yang yang memberikan kenaikan tingkat bunga. Contoh lain dari risiko sistimatik adalah dengan memburuknya kondisi politik. Memburuknya kondisi politik dapat memberikan sentiment negative dan menyebabkan penurunan harga – harga saham di bursa walaupun pada kenyataan keadaan perusahaan secara fundamental baik.
2.      Risiko Nonsistimatik
Risiko nonsistimatik sering disebut risiko unik adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari industri tertentu. Risiko nonsistimatik memiliki beberapa karakteristik di antaranya:
a.       Risiko Nonsistimatik dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi
b.      Risiko Nonsistimatik dapat dikurangi atau dikontrol
c.       Risiko Nonsistimatik unik untuk saham dan industri

Ada pun beberapa risiko sistimatik (unsystematic risk) di antaranya:
a.       Risiko Finansial
Risiko finansial dapat tercermin dari tingginya rasio utang suatu perusahaan. Rasio utang yang tinggi secara teoritis bahwa perusahaan menghadapi risiko finansial berupa beban membayar bunga dan cicilan pembayaran pokok utang.
b.      Risiko Industri
Secara umum setiap industri mempunyai karakteristiknya masing – masing dan karakteristik tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi – kondisi ekonomi, bisnis dan waktu tertentu dapat suatu saat mengalami kelesuan dan kegairahan. Untuk mengantisipasi risiko industry ini, maka dapat dilakukan dengan cara diversifikasi. Sebagai contoh investor dapat membeli saham perusahaan yang bergerak di bidang Transpotasi, Farmasi, dan Perbankan. Secara teoritis, kecil kemungkinan harga – harga saham dari indutri – industry tersebut mengalami penurunan secara bersamaan.
c.       Risiko Negara
Risiko Negara dating dari risiko Negara atau pemerintahan yang mengalami goncangan baik itu secara ekonomi atau secara politik. Contoh investor menanamkan modalnya pada saham PT.XYZ Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Saham mayoritas PT.XYZ Tbk ini adalah pemerintah atau perusahaan Thailand dan terjadi goncangan ekonomi dan politik di Thailand. Maka saham PT.XYZ Tbk cederung mengalami penurunan.

3.      Risiko Investasi Saham Lainnya
Menurut Typtono Darmadji, Hendy M./ Fakhruddin, dalam bukunya Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab mengemukakan beberapa investasi saham di antaranya:
a.       Tidak Mendapatkan Dividen
Tidak selamanya perusahaan membagikan sebagian labanya kepada para investor. Hal ini dapat disebabkan juga karena kondisi perusahaan sedang memburuk atau mengalami kerugian dalam operasinya.
b.      Capital Loss
Capital Loss terjadi karena harga jual lebih rendah daripada harga beli. Capital Loss dapat terjadi karena beberapa hal di antaranya investor sedang membutuhkan dana tunai sehingga walaupun harga saham sedang turun, investor tetap menjual saham yang dimilikinya. Selain itu, timbulnya capital loss dapat terjadi karena investor ingin menghindari risiko yang lebih besar (cut lost) mengingat kecenderungan harga – harga saham di bursa sedang turun (bearish).
c.       Saham Perusahaan Dilikuidasi (Bangkrut)
Risiko yang paling fatal dalam berinvestasi saham adalah risiko kebangkrutan perusahaan. Ketika perusahaan dinyatakan bangkrut, maka pemegang saham hanya memiliki hak terakhir dalam pembagian aset perusahaan yang bangkrut tersebut. Secara umum, perusahaan yang bangkrut memliki utang yang tinggi dan bahkan kemungkinan utangnya melibihi nilai aset perusahaan, sehingga sangat sulit diharapkan adanya pembagian aset yang setara dengan nilai saham dari perusahaan yang bangkrut tersebut.
d.      Saham Perusahaan Didelisting
Risiko investasi saham yang lainnya adalah risiko delisting atau dikeluarkan dari pencatatan di bursa efek. Secara umum, risiko bagi investor yang memiliki saham yang di-delist adalah harga sahamnya cenderung mengalami penurunan dan sahamnya sulit untuk ditransaksikan (tidak likuid). Sesuai dengan ketentuan pasar modal bahwa suatu saham perusahaan di-delist dapat terjadi karena permintaan sendiri atau karena kinerja perusahaan yang buruk.
e.       Saham di Suspend
Saham di suspend artinya aktivitas perdagangan suatu saham diberhentikan sementara oleh otoritas bursa. Hal ini dapat merugikan investor yang ingin menjual sahamnya karena kebutuhan likuiditas. Investor tidak dapat menjual sahamnya sampai suspend dicabut.
Saham di suspend dapat terjadi karena lonjakan harga saham yang tidak wajar, yaitu ditandai dengan naik atau turunnya harga saham secara drastis serta bersifat sementara



 

 


Simatupang, Mangsa. 2010. Investasi Saham dan Reksa Dana. Jakarta: Mitra Wacana Media
 

No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN PROFESI DALAM AKUNTANSI

RANGKUMAN PROFESI DALAM AKUNTANSI Akuntansi tidak hanya sebagai hitung – hitungan saja. Akuntansi selalu menyesuaikan berdasarkan bidan...